Rabu, 17 Desember 2008

Kerajinan trenggalek

No. Bentuk Industri / Kerajinan Nama / Pengusaha / Alamat
1. MARMER DAN BATU BOBOS WATUAGUNG (Bp. Ivan Hadi) Kel. Ngantru, Kec. Trenggalek, Telp. (0355) 791221
2. ANYAMAN BAMBU DAN FURNITURE DARI BAMBU BAMBU INDAH (Bp. Sukatno) Ds. Wonoanti, Kec. Gandusari Telp. (0355) 811050
3. KONFEKSI - RAHAYU (Bp. Saiful Anam)
- MABRUR (Bp. Imam Hambali) Ds. Sumbergayam, Kec. Durenan
- BATIK TULIS "RAHAYU"(Bp. Sukono) Jl. KH Ahmad Dahlan No. 22 Trenggalek Telp. (0355) 791521
- ZAKO JEANS (Bp. Komarudin) Ds. Sukorejo-Bandung Kec. Gandusari Telp. (0355) 811180
- NOVA INDAH (Ibu Ria Qoiriyah) Ds. Kamulan Kec. Durenan Telp. (0355) 879536
- ZONA EMBOIDERY (Ibu Maryam Zunar) Ds. Kamulan Kec. Durenan Jl. Raya Trenggalek-Tulungagung Telp. (0355) 879622
- RIMAS COLLECTION (Ibu Ridwan) Perumahan Taman Agung Tamanan Kec. Trenggalek
4. MAKANAN KHAS - TEMPE KRIPIK Kel. Tamanan, Kel. Ngantru Kec. Trenggalek Ds. Karanganyar Kec. Gandusari
- MANCO Kel. Ngantru Kec. Trenggalek Ds. Sugihan Kec. Kampak
- ALEN-ALEN Kel. Sumbergedong, Kel. Surodakan, Kel. Ngantru Kec. Trenggalek
5. GENTENG DARI TANAH LIAT - Ds. Kamulan, Baruharjo, Gador, Pakis, Sumberejo, Kec. Durenan
- Ds. Sukorejo, Wonorejo, Wonoanti, Gandusari Kec. Gandusari
- Ds. Sukowetan Kec. Karangan
- Ds. Petung Kec. Dongko
- Ds. Munjungan Kec. Munjungan
Seperti halnya daerah-daerah lain, di jaman itu Kabupaten Trenggalek juga pernah mengalami perubahan wilayah kerja. Beberapa catatan tentang perubahan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Dengan adanya Perjanjian Gianti tahun 1755, Kerajaan Mataram terpecah menjadi dua, yaitu Kesunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta. Wilayah Kabupaten Trenggalek seperti didalam bentuknya yang sekarang ini, kecuali Panggul dan Munjungan, masuk ke dalam wilayah kekuasaan Bupati Ponorogo yang berada di bawah kekuasaan Kasunanan Surakarta. Sedangkan Panggul dan Munjungan masuk wilayah kekuasaan Bupati Pacitan yang berada di bawah kekuasaan Kasultanan Yogyakarta.
b. Pada tahun 1812, dengan berkuasanya Inggris di Pulau Jawa (Periode Raffles 1812-1816) Pacitan (termasuk didalamnya Panggul dan Munjungan) berada di bawah kekuasaan Inggris dan pada tahun 1916 dengan berkuasanya lagi Belanda di Pulau Jawa, Pacitan diserahkan oleh Inggris kepada Belanda termasuk juga Panggul dan Munjungan.

























c. Pada tahun 1830 setelah selesainya perang Diponegoro, wilayah Kabupaten Trenggalek, tidak termasuk Panggul dan Munjungan, yang semula berada dalam wilayah kekuasaan Bupati ponorogo dan Kasunanan Surakarta masuk di bawah kekuasaan Belanda. Dan, pada jaman itulah Kabupaten Trenggalek termasuk Panggul dan Munjungan memperoleh bentuknya yang nyata sebagai wilayah administrasi pemerintahan Kabupaten versi Pemerintah Hindia Belanda sampai disaat dihapuskannya pada tahun 1923.

Alasan atau pertimbangan dihapuskannya Kabupaten Trenggalek dari administrasi Pemerintah Hindia Belanda pada waktu itu secara pasti tidak dapat diketahui. Namun diperkirakan mungkin secara ekonomi Trenggalek tidak menguntungkan bagi kepentingan pemerintah kolonial Belanda.

Wilayahnya dipecah menjadi dua bagian, yakni wilayah kerja Pembantu Bupati di Panggul masuk Kabupaten Pacitan dan selebihnya wilayah Pembantu Bupati Trenggalek, Karangan dan Kampak masuk wilayah Kabupaten Tulungagung sampai dengan pertengahan tahun 1950.

Dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950, Trenggalek menemukan bentuknya kembali sebagai suatu daerah Kabupaten di dalam Tata Administrasi Pemerintah Republik Indonesia.

Saat yang bersejarah itu tepatnya jatuh pada seorang Pimpinan Pemerintahan (acting Bupati) dan seterusnya berlangsung hingga sekarang. Seorang Bupati pada masa Pemerintahan Hindia Belanda yang terkenal sangat berwibawa dan arif bijaksana adalah MANGOEN NEGORO II yang terkenal dengan sebutan KANJENG JIMAT yang makamnya terletak di Desa Ngulankulon Kecamatan Pogalan.

Menurut bukti administrasi yang ada di Bagian Pemerintahan Kabupaten Trenggalek, nama-nama Bupati yang pernah menjabat di Kabupaten Trenggalek adalah:
a. Jaman Trenggalek Awal
1. Sumotruno (menjabat tahun 1793)
2. Djojonagoro (menjabat tahun ...)
3. Mangoen Dirono (menjabat tahun ...)
4. Mangoen Negoro I (menjabat tahun 1830)
5. Mangoen Negoro II (menjabat tahun ... - 1842)
6. Arjokusumo Adinoto (menjabat tahun 1842 - 1843)
7. Puspo Nagoro (menjabat tahun 1843 - 1845)
8. Sumodiningrat (menjabat tahun 1845 - 1850)
9. Mangoen Diredjo (menjabat tahun 1850 - 1894)
10. Widjojo Koesoemo (menjabat tahun 1894 - 1905)
11. Poerba Nagoro (menjabat tahun 1906 - 1932)
b. Jaman Trenggalek Manunggal
Dengan manunggalnya kembali wilayah Pembantu Bupati di Panggul dengan wilayah Pembantu Bupati di Trenggalek, Karangan dan Kampak, maka pada jaman itu Trenggalek merupakan daerah Administrasi dalam arti mempunyai wilayah kekuasaan sendiri dan tidak bergabung dengan daerah Kabupaten lainnya. Adapun Bupati yang pernah menjabat pada masa itu hingga sekarang adalah:
1. Noto Soegito (menjabat tahun 1950)
2. R. Latif (menjabat tahun 1950)
3. Muprapto (menjabat tahun 1950 - 1958)
4. Abdul Karim Dipo Sastro (menjabat tahun 1958 - 1960)
5. Soetomo Boedi K. (menjabat tahun 1965)
6. Hardjito (menjabat tahun 1965 - 1967)
7. Muladi (menjabat tahun 1967 - 1968)
8. Sotran (menjabat tahun 1968 - 1974)
9. Much. Poernanto (menjabat tahun 1974 - 1975)
10. Soedarso (menjabat tahun 1975 - 1985)
11. Haroen Al Rasyid (menjabat tahun 1985 - 1990)
12. Drs. H. Slamet (menjabat tahun 1990 - 1995)
13. Drs. H. Ernomo (menjabat tahun 1995 - 2000)
14. Ir. Mulyadi WR (menjabat tahun 2000 - 2005)
15. Soeharto (menjabat tahun 2005 - sekarang)

Sejarah kota trenggalek

Berdasar pada Kitab Babon Sejarah Trenggalek, Kabupaten trenggalek telah dihuni manusia sejak ribuan tahun yang lalu, yaitu pada jaman pra-sejarah. Hal itu dapat dibuktikan dengan telah ditemukannya artifak-artifak jaman batu besar seperti: Menhir, Mortar, Batu Saji, Batu Dakon, Palinggih Batu, Lumpang Batu dan lain-lain. Benda-benda tersebut tersebar di daerah-daerah yang terpisah yang dimungkinkan di daerah tersebut adalah jalur perjalanan manusia Pemula. Berdasar data tersebut disimpulkan bahwa, perjalanan manusia Pemula berasal dari Pacitan menuju ke Wajak Tulungagung dengan melalui jalur:
a. Dari Pacitan menuju Wajak melalui Panggul, Dongko, Pule, Karangan dan menyusuri sungai Ngasinan menuju Wajak Tulungagung.
b. Dari Pacitan menuju Wajak melalui Ngerdani, Kampak, Gandusari dan menuju Wajak Tulungagung.
c. Dari Pacitan menuju Wajak dengan menyusuri Pantai Selatan Panggul, Munjungan, Prigi, dan akhirnya menuju ke Wajak Tulungagung.

Menurut HR VAN KEERKEREN, Homo Wajakensis (manusia purba wajak) hidup pada masa plestosinatas, sedangkan peninggalan-peninggalan manusia purba Pacitan berkisar antara 8.000 hingga 23.000 tahun yang lalu. Sehingga, disimpulkan bahwa pada jaman itulah Kabupaten Trenggalek dihuni oleh manusia.

Walaupun banyak ditemukan peninggalan manusia purba, untuk menentukan kapan Kabupaten Trenggalek terbentuk belum cukup kuat karena artifak-artifak tersebut tidak ditemukan tulisan. Baru setelah ditemukannya prasasti Kamsyaka atau tahun 929 Masehi, dapat diketahui bahwa Trenggalek pada masa itu sudah memiliki daerah-daerah yang mendapat hak otonomi / swatantra, diantaranya Perdikan Kampak berbatasan dengan Samudra Indonesia di sebelah Selatan yang pada waktu itu wilayahnya meliputi Panggul, Munjungan dan Prigi. Disamping itu, disinggung pula daerah Dawuhan dimana saat ini daerah Dawuhan tersebut juga termasuk wilayah Kabupaten Trenggalek. Pada jaman itu tulisan juga sudah mulai dikenal.

Setelah ditemukannya Prasasti Kamulan yang dibuat oleh Raja Sri Sarweswara Triwikramataranindita Srengga Lancana Dikwijayatunggadewa atau lebih dikenal dengan sebutan Kertajaya (Raja Kediri) yang juga bertuliskan hari, tanggal, bulan, dan tahun pembuatannya, maka Panitia Penggali Sejarah menyimpulkan bahwa hari, tanggal, bulan, dan tahun pada prasasti tersebut adalah Hari Jadi Kabupaten Trenggalek.

Bersih Dam Bagong

Masih dalam bulan Selo penanggalan Jawa, setiap hari Jum'at Kliwon para petani dari 11 desa di Kecamatan Trenggalek dan Pogalan yang sawahnya mendapat pengairan dari Dam Bagong melaksanakan Upacara Bersih Dam Bagong. Selain sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, upacara tersebut juga untuk memperingati jasa pemrakarsa pembangunan Dam Bagong, yakni Menak Sopal.
Dikisahkan pada pertengahan abad XVI, Menak Sopal sangat prihatin melihat sawah para petani selalu kekeringan dan gagal panen. Lalu Beliau mengajak masyarakat menaikan air Kali Bagong dengan membuat Dam. Namun, kerja keras tersebut selalu gagal. Setiap begitu selesai dikerjakan, Dam tersebut runtuh.
Dari wangsit yang diperoleh, Dam harus diberi tumbal Gajah Putih. Dengan berbagai upaya, Gajah Putih berhasil diperoleh Menak Sopal dan dijadikan tumbal Dam tersebut.
Sekarang, dalam setiap peringatan Bersih Dam Bagong dikorbankan seekor kerbau sebagai pengganti Gajah Putih. Setelah disembelih, kepala dan daging kerbau tersebut dilempar ke "Kedung Kali Bagong" dan masyarakat beramai-ramai menceburkan diri ke sungai untuk berebut kepala dan daging tersebut. Acara ini dilanjutkan dengan Ruwatan Wayang Kulit dengan cerita Udan Mintoyo serta ziarah ke makam Menak Sopal yang biasa dikunjungi peziarah setiap hari Jum'at Kliwon.
DAM BAGONG, Dam Sungai Bagong yang berfungsi untuk irigasi sawah di Kecamatan Trenggalek dan Pogalan.


BERSIH DAM BAGONG, Warga di sekitar Dam Bagong menyaksikan daging dan kepala kerbau kurban yang dilemparkan ke dam untuk diperebutkan oleh masyarakat sekitar.


MAKAM MENAK SOPAL, Area sekitar makam ini menjadi pusat pelaksanaan puncak acara Bersih Dam Bagong.


RUWATAN, Ruwatan sebagai rangkaian kegiatan Bersih Dam Bagong yang diselenggarakan di sekitar area makam Menak Sopal.

























Kesenian Jaranan Turonggo Yakso
Kesenian ini merupakan kesenian khas Kabupaten Trenggalek yang penciptaannya diilhami oleh pengalaman masyarakat setempat. Tidak seperti jaranan yang banyak terdapat di daerah lain, Turonggo Yakso menggunakan kuda kepang yang terbuat dari kulit sapi/kerbau dan berkepala raksasa berambut tebal. Gerak tari dan gendhing pengiringnya sangat dinamis dan energik.
Konon, Turonggo Yakso menggambarkan kemenangan warga desa dalam mengusir mara bahaya yang menimpa desanya (digambarkan sebagai raksasa).


TURONGGO YAKSO, Kesenian khas Trenggalek yang digali dari kebudayaan asli masyarakat Trenggalek


GERAKAN TURONGGO YAKSO, Tari Turonggo Yakso memiliki gerakan yang sangat dinamis.

Larung Sembonyo

Upacara tradisional Larung Sembonyo di Pantai Prigi Kecamatan Watulimo 48 km arah selatan dari kota Trenggalek digelar oleh para nelayan setempat pada bulan Selo jatuh pada hari pasaran Kliwon penanggalan Jawa.
Larung Sembonyo atau dikatakan juga Sedekah laut merupakan ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dari masyarakat nelayan dan sekaligus sebagai peringatan pernikahan Raden Tumenggung Yudha Negara, seorang Kepala Prajurit Mataram, dengan Putri Gambar Inten.
Raden Tumenggung Yudha Negara yang nama kecil/aslinya Raden Kramadipa berhasil membuka kawasan Teluk Prigi dengan jaminan bersedia menikahi Putri Gambar Inten, salah seorang Putri Adipati andong Biru.
TUMPENG, Tumpeng raksasa ini akan dilarung ke laut sebagai prosesi utama acara larung sembonyo.
UPACARA ADAT YANG MENYERTAI LARUNG SEMBONYO, Prosesi larung sembonyo juga disemarakan dengan upacara adat yang menggambarkan sejarah yang melatarbelakangi prosesi tersebut.

Pegon dan Brung

Kesenian tradisional ini masih termasuk jenis kesenian jaranan / kuda lumping dengan corak dan tipe yang lain lagi. Walaupun gerak tari dan irama gendhingnya berbeda dengan Turonggoyakso, ritme gerak tari dan gendhing tersebut tetap dinamis dan penuh magis.
PENTAS PEGON / BRUNG, Kesenian Pegon / Brung ini dipentaskan pada acara-acara tertentu.

Tayub

Seni Tayub merupakan tari pergaulan yang sampai sekarang masih mengakar kuat di kalangan masyarakat Trenggalek. Tari ini sering dipentaskan guna memeriahkan acara-acara seperti pernikahan, khitanan, ulang tahun, dan lain-lain.
TAYUB, Seni tayub merupakan tari pergaulan dan dipentaskan guna memeriahkan hajat warga masyarakat (misalnya khitanan dan pernikahan).

Tiban

Tiban juga merupakan kesenian tradisional Trenggalek yang sampai kini masih tumbuh subur di pelosok pedesaan. Pada mulanya Tiban adalah tradisi anak-anak gembala yang berebut air untuk ternaknya saat kemarau panjang. Secara berkelompok, mereka beradu kekuatan dengan menggunakan senjata cambuk. Di tengah-tengah perkelahian mereka, hujan turun dengan derasnya. Oleh karena itu, tradisi tiban ini hingga sekarang dilakukan pada setiap musim kemarau sambil memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa akan turunnya hujan.
Kesenian tradisional ini menggunakan cambuk yang terbuat dari lidi enau/aren yang dipintal. Permainan ini dipimpin oleh seorang "Landang" yang biasanya berkarakter bijak, menguasai peraturan permainan, dan paling senior. Iringan irama gamelan pelog dan gendang yang dinamis menggugah pemain untuk semakin bersemangat dan energik untuk saling mencambuk.
KESENIAN TIBAN, Para pemain tiban saling mencambuk dengan diawasi oleh "Landang" (Pengawas Permainan). Walaupun kebanyakan tiban dimainkan di tempat terbuka, tiban juga sering dimainkan di Pendopo Kabupaten Trenggalek.

jaranan turonggo yakso


Kesenian ini merupakan kesenian khas Kabupaten Trenggalek yang penciptaannya diilhami oleh pengalaman masyarakat setempat. Tidak seperti jaranan yang banyak terdapat di daerah lain, Turonggo Yakso menggunakan kuda kepang yang terbuat dari kulit sapi/kerbau dan berkepala raksasa berambut tebal. Gerak tari dan gendhing pengiringnya sangat dinamis dan energik.
Konon, Turonggo Yakso menggambarkan kemenangan warga desa dalam mengusir mara bahaya yang menimpa desanya (digambarkan sebagai raksasa).
TURONGGO YAKSO, Kesenian khas Trenggalek yang digali dari kebudayaan asli masyarakat Trenggalek
GERAKAN TURONGGO YAKSO, Tari Turonggo Yakso memiliki gerakan yang sangat dinamis.

kirap pusaka

kirap pusaka kota trenggalek dilakukan tiap tanggal 31 agustus. Ini bertujuan untuk membersihkan benda pusaka kota trenggalek. Acara kirap pusaka ini selalu disambut gembira oleh warga,karena dalam acara ini para pengkirap pusaka mengenakan baju adat dan berjalan mengelilingi kota
ABSTRAKSI
KATA KUNCI : Aparatur Pemerintah Desa, SDM.
Desa merupakan kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam Sistem Pemerintahan Nasional dan berada di daerah Kabupaten (sesuai dengan UU No. 22Th 1999). Mengingat desa di Kabupaten Trenggalek mayoritas masih tergolong desa tertinggal dan belum berkembang (dengan jumlah 98 desa). Sementara dilain pihak aparatur pemerintah desa memiliki banyak permasalahan sendiri yang meliputi keterbatasan dana, keterbatasan kemampuan sumber daya manusianya, maupun keterbatasan dalam kepemilikan sumber-sumber untuk menunjang pembangunan desanya.
Dengan alasan itulah Badan Pemberdayaan Dan Perlindungan Masyarakat Kabupaten Trenggalek mengambil langkah untuk meningkatkan kualitas sumber daya aparatur pemerintah desa yang cerdas yaitu aparatur yang mampu menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik dan profesional. Hal inilah yang mendorong peneliti, ingin mengetahui upaya Badan Pemberdayaan Dan Perlindungan Masyarakat Kabupaten Trenggalek dalam meningkatkan kualitas sumber daya aparatur pemerintah desa.
Mengenai metode penelitian yang peneliti pergunakan adalah tipe penelitian deskriptif. Populasinya adalah Badan Pemberdayaan Dan Perlindungan Masyarakat Kabupaten Trenggalek, karen badan ini mempunyai tugas menyelenggarakan pemberdayaan dan perlindungan masyarakat dalam rangka menunjang penyelenggaraan Pemerintah Daerah termasuk didalamnya sebagai pelaksana dalam pemberdayaan dan pengembangan potensi SDM. Sumber datanya adalah sumber data primer dan sekunder, sedangkan tehnik pengumpulan data peneliti menggunakan tehnik observasi, interview, dan dokumentasi.
Dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya aparatur pemerintah desa di Kabupaten Trenggalek, Badan Pemberdayaan Dan Perlindungan Masyarakat Kabupaten Trenggalek mengambil upaya-upaya diantaranya memotivasi aprataur pemerintah desa melalui peningkatan pengetahuan dan kemampuan aparatur pemerintah desa, peningkatan kesejahteraan bagi aparatur pemerintah desa, dan penyediaan fasilitas yang memadai. Peningkatan kinerja aparatur pemerintah dilakukan dengan melaksanakan program pendidikan dan pelatihan serta pembinaan bagi aparatur pemerintah desa. Peningkatan pendapatan aparatur pemerintah desa dilakukan dengan pemberian alokasi dana (pemberian uang ganjaran) yang dalam pelaksanaannya dilakukan 4 bulan sekali.
Upaya Badan Pemberdayaan Dan Perlindungan Masyarakat Kabupaten Trenggalek dalam meningkatkan kualitas sumber daya aparatur pemerintah desa menunjukkan hasil yang meningkat, hal ini ditunjukkan dengan motivasi, peningkatan kinerja aparatur pemerintah yang semakin efektif dan efisien, serta peningkatan pendapatan aparatur pemerintah desa yang semakin meningkat. Sedangkan untuk kedepannya perlu ditingkatkan kegiatan-kegiatan dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya aparatur pemerintah desa baik kualitas maupun kuantitasnya.

kota trenggalek

trenggalek adalah sebuah kota kecil
kota yang memiliki banyak kesenian
kota ini memiliki banyak sejarah